Rekomendasi Dokter Spesialis Anak



Bukan Ibu-ibu namanya kalau beli barang gak pake cek review di internet. Gak mau rugi, hehe. Gak hanya beli barang, segala kebutuhan untuk anak pasti dipilih yang terbaik. Tidak terkecuali Dokter Spesialis Anak (DSA).

Nah, untuk mempermudah mama-mama, kami buatkan kompilasi rekomendasi DSA dari para Civemama di bawah ini:

DSA Jakarta Pusat

RSIA Bunda

  • dr. I.G. Ayu Partiwi, Sp.A, MARS 

"dr. Tiwi spesialis newborn baby, sangat amat Pro ASI & MPASI. Untuk ibu baru yang masih awam, beliau tergolong galak dan tegas. Tetapi sebetulnya karena sayang :”) Kalau konsultasi ke beliau dikasih unjuk berbagai macam stimulasi. Sayangnya konsultasi dengan beliau super singkat karena antreannya banyak banget. Bicaranya buru-buru, jadi sering banget nge-blank saat di ruang konsultasi. Beliau juga kasih no handphone-nya untuk tanya-tanya via Whatsapp tapi very slow response. Untungnya, beliau praktik setiap hari di RSIA Bunda jadi lebih fleksibel untuk pilih jadwalnya." (Mama Anis)

  • dr. Melanie Yudiana Iskandar, Sp.A

"dr. Mel ini spin off-nya dr. Tiwi kayaknya karena satu aliran. Antreannya walaupun banyak tapi lebih mending daripada dr. Tiwi. Beliau penganut RUM (Rational Use of Medicine). Cara beliau menjelaskan juga enak, dicatat, dan tulisannya rapi (masih muda 😄). Karena beliau sering praktik di Bunda, dr. Mel bisa jadi pilihan kalau mendadak butuh ke dokter." (Mama Anis)

"Beliau selalu tanya milestone walaupun datang hanya untuk vaksin. dr. Mel ini Pro ASI. Beliau rajin banget nulis di buku dan tulisannya rapi. Jadwal makan, menu makanan, tugas stimulasi, semua beliau tulisin." (Mama Nabilla)

  • dr. Abdullah Reza, Sp.A (Abrez)

"So far, ini dokter paling baik dan paling gak pelit ilmu yang pernah kutemui. Cocok banget buat ibu baru. Beliau update info terkini (dokter muda) dan sekali konsul bisa setengah jam lebih karena beliau suka tanya balik ini itu. Pulang dari konsultasi dengan beliau, satu lembar buku pasti penuh. Dia catatkan macam-macam yang perlu dilakuin, PR-nya apa aja, do’s & don’t, dan nomor handphone-nya."

"Beliau sangat sangat responsif dan perhatian sama pasiennya. Ini kejadiannya di keponakanku. Dia ada masalah dengan pencernaan dan harus cek lab. Pas hasilnya udah keluar, dr. Abrez yg Whatsapp sepupuku duluan tentang hasilnya & next stepnya apa karena beliau minta Diagnos (lab-nya RSIA Bunda) untuk menginformasikan langsung ke beliau. Itu subuh-subuh katanya, masyaAllah 🙌🏻 Antreannya gak sebanyak dr. Tiwi atau dr. Mel. Tapi, karena satu pasien minimal setengah jam, jadi yaa kalau nunggu berasa banget 😅 Beliau praktek setiap hari di RSIA, RSU, dan Klinik Bunda yang di Pacific Place." (Mama Anis)

  • dr. Markus M. Danusantoso, Sp.A

"Pemeriksaan detil walaupun datang untuk vaksin aja. Per pasien kira-kira waktu konsutasinya setengah jam. Beliau selalu baca catatan dokter sebelumnya dan suka minta kita update kondisi via Whatsapp. Misalnya udah diresepin obat, tapi kita gak boleh tebus dulu obatnya, nunggu kita update kondisi anak kita dan beliau memutuskan perlu atau enggak dikasih obat tersebut). Ya kadang balesnya cepat, kadang bisa lama. Antreannya panjang, dan kalau terlewat harus ambil nomor antrean lagi. Banyak yang dijelasin ke kita tapi gak terlalu banyak yang ditulis. Itupun tulisannya susah dibaca. Mending tanya via Whatsapp aja." (Mama Nabilla)

  • Prof. DR. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K)

"Semuanya diperiksa. Tiap anak diplot tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala di grafik WHO. Sambil kita ceritain keluhan-keluhan terkait kondisi anak, anak kita tetap diobservasi. Selain main sendiri, anakku disuruh macam-macam, corat-coret, ambil mainan, dll." (Mama Nabilla)

  • dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp.KFR-K

"Saat konsultasi dengan beliau, berat badan dan tinggi badan anakku gak diukur. Anakku disuruh main, lari, duduk, sambil beliau observasi dan tanya-tanya ke kita. Menurutku, seharusnya konsultasi ke sini kalau ada keluhan berarti." (Mama Nabilla)

"Ini dokter rehabilitasi medis, bukan dokter anak. Hanya saja, beliau juga fokus di tumbuh kembang anak." (Mama Yara)

  • dr. Nana Karnaen, Sp.A

"Pas lahiran Yuna kemarin, kami dapat jodohnya dr. Nana Karnaen. Beliau dokter senior, kalau periksa bayi santai dan gak bikin panik. Saat kontrol seminggu setelah melahirkan, sebenernya aku udah parno karena Yuna terlihat agak kuning. Tapi, beliau bilang gak kuning. "Kalo kuning tuh kayak kunyit" 😅" (Mama Rara)


DSA Jakarta Timur

RS Hermina Jatinegara

  • dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A

"Menurutku konsultasi dengan dr Kanya itu super lengkap (dan lama). Setiap datang, yang pasti dicek pertama kali adalah semua lubang yang ada di badan bayi. Ibu dengan newborn baby akan diajarin banyak banget tentang ASI karena beliau Pro ASI. Beliau fokus banget sama tumbuh kembang anak, jadi walaupun datang untuk vaksin, beliau akan tetap cek milestones anak kita (di umur sekian harusnya udah bisa apa aja). Selain itu, beliau akan ukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, dan diplot di grafik WHO, dibantu evaluasi, diarahin solusinya bagaimana, dan dia akan follow-up kita: "PR" sebelumnya udh dikerjain apa belum?. Ini kadang membuat ibu-ibu yang santai banget kayak aku jadi agak puyeng 🤣.

"Beliau penganut RUM juga ya. dr. Kanya akan menjelaskan kapan butuh obat ini dan itu, keadaan darurat kayak apa aja, dan kita mesti ngapain. Responsif juga saat ditanya via Whatsapp. Ruang praktiknya seru banget, banyak mainan. Abis periksa juga suka dikasih sticker atau pensil lucu-lucu gitu. Jadi, anak-anakku betah banget di dalam ruangan. Minusnya, daftar antreannya harus dari jauh-jauh hari. Dan, karena durasi konsul setiap pasien lama banget, sebaiknya datang sebelum dokternya datang karena nomor antrean berdasarkan kedatangan." (Mama Almas)

"dr Kanya kalau praktik suka pake kostum lucu-lucu. Aku follow akun Instagram-nya karena edukasinya lumayan banget." (Mama Urwah)

  • dr. Idham Amir, Sp.A (K)

"Pernah ke dr. Idham zaman anak pertamaku dulu. Pertama kali yang ngejelasin ke aku tentang RUM ya dr. Idham. Waktu itu anakku kena Roseola, sebelum ketahuan penyakitnya apa, aku cek lab setelah demam lewat 72 jam (3 hari). Hasilnya ternyata gak ada infeksi bakteri. dr. Idham meyakinkan kalau gak butuh antibiotik dan akan sembuh sendiri."

"Tapi, aku gak saranin sih kalau buat anak yang sehat dan cuma mau vaksin. Karena, dr. Idham itu kalau gak salah Sub Spesialis Perinatologi. Jadi, pasiennya sakitnya macam-macam. Dulu, beliau praktik selantai sama yang khusus paru kalau gak salah. Jadi suka was-was pas di ruang tunggunya. Dan, antreannya buanyaaak. Sampai-sampai beliau bisa masukin 2 pasien di ruangannya. Konsulnya juga kadang jadi buru-buru dan keliatan kalau beliau kecapean." (Mama Almas)

"Dulu, awal-awal sering ke dr. Idham juga karena obatnya selalu cocok dan manjur untuk Aizar. Pas pertama kali kejang, kita juga bawanya ke dr. Idham. Sampai cek EEG juga, dan ada gelombang apa gitu yang katanya tanda epilepsi. Langsung panik, nangis-nangis. Tapi, dr. Idham nenangin kita dan ngajak cari second opinion dulu. Baik banget dan enak sih dokternya. Tapi ya ngantrenya yang gak kuat, makanya kami jadi pindah RS. Saking panjangnya antrean, sekali masuk 2 pasien. Tapi konsulnya tetep 1-1 yah. Sampai sekarang juga dr. Idham masih jadi dokternya ipar gw karena saking udah cocoknya." (Mama Okky)

RS Omni Pulomas

  • dr. Caroline Mulawi, Sp.A

"Dokternya baik, ramah gitu. Lihat mukanya aja udah seneng, haha. Kalau kita nanya, beliau kasih penjelasan. Cuma, kalau gak ditanya-tanya, gak ngasih penjelasan detil. Jadi kitanya yang harus siap-siap mau nanya apa aja. Antreannya gak panjang dan prakteknya sering. Ini penting buatku karena jadwalku suka gak bisa ditebak, haha." (Mama Messya)

  • dr. Dramady, Sp.A

"Aku pernah lihat nama beliau di Instagram-nya @olelove karena beliau juga konselor laktasi. Nah, karena kupikir OK, jadilah aku buat appointment. Basically, beliau OK sih. Nanya-nanya agak detail. Tapi seputar per-ASI-an beliau kayaknya idealis banget. Gak boleh pake botol, harus pakai sendok atau cup feeder. Dan, aku disuruh nambahin jumlah ASIP-nya Ghazi. Padahal menurutku kenaikan BB-nya Ghazi udah cukup bagus (1minggu naik 400gr). Aku juga nanya tentang sunat ke beliau. Tapi, karena beliau keturunan Tionghoa, kayaknya kurang paham tentang sunat. Overall, kalau mau konsul laktasi ke beliau bisa. Cuma siap-siap aja kalau kaku banget, gak kayak Bidan Anna yang di RSIA Bunda." (Mama Messya)



DSA Jakarta Selatan

RSPI - Pondok Indah

  • dr. Yovita Ananta, Sp.A, MHSM, IBCLC

"Beliau Pro RUM. Responsif saat ditanya-tanya via Whatsapp. Kalau periksa detil dan sabar menghadapi pertanyaan ibu-ibu yang parnoan. Setiap kontrol juga disempetin cek milestones. Sayangnya, antreannya cukup panjang." (Mama Sita)

Markas Sehat

  • dr. Arifianto, Sp.A (dr. Apin)

"Beliau Pro RUM, orangnya detil dan santai. Bahasanya sederhana sehingga penjelasan beliau mudah dimengerti." (Mama Reisa)

* dr. Apin juga praktik di RSUD Pasar Rebo

  • dr. Windhi Kresnawati, Sp.A

"Beliau Pro RUM dan detil. Dijelaskan perbandingan penyakit A vs B dan cara diagnosisnya untuk orang awam kayak kita. Tiap konsultasi, kami selalu dikasih PR pertemuan selanjutnya untuk baca referensi di internet, misalnya pas mau MPASI." (Mama Reisa)

RSIA Brawijaya Antasari

  • dr. Attila Dewanti, Sp.A (K)

"Dokter yang paling ramah ke anak. Dulu udah muter-muter dari sampai ke RS Premier Jatinegara gak ada yang cocok (sama mak-bapaknya sih). Setelah percobaan kedua ke dr. Attila, kami baru ngerasa cocok. Ramah banget dan penjelasannya mudah dimengerti. Cara ngomongnya juga enak. Terus, aku baru tahu kalau beliau ini dokternya para anak artis, wakaka. Ya udah, lanjut sama dr. Attila aja. Cuman, kalau ditanya via Whatsapp kurang responsif. Jadi, kalau sakit mesti ketemu dokter. Antreannya ya pasti lah ya panjang. Dulu, sebelum RS-nya direnovasi ngantrenya gak lama-lama banget. Setelah renovasi, kami ke dr. Atilla lagi buat vaksin itu antrenya sampai 2 jam, huhu. Semoga karena masih penyesuaian aja deh." (Mama Okky)

DSA Tangerang Selatan

RS Permata Pamulang

  • Prof. Soedjatmiko

"Beliau baik banget sih. Temen gue berasa banget disemangatinnya sama beliau ngurus anak Down Syndrome-nya. Beliau (tempat) prakteknya banyak deh, di rumahnya, di Eka Hospital, sama di RSCM. Antrinya juga lumayan. Gue biasanya vaksin di rumahnya." (Mama Krizna)

"Beliau recommended. Asli lucu banget kalo sama anak-anak." (Mama Messya)

"Dokter ini beneran dokter gw dan adek gw dulu. Berkesan banget soalnya. Kalo ada yang sakit di rumah, baru sampe rumah sakit mau periksa ... eh sembuh." (Mama Puti)


DSA Medan

RSI Malahayati & RSP Adam Malik

  • dr Winra, Sp.A

"Beliau baik banget meladeni kerewelan gw. Beliau NPM juga (sub nutrisi dan penyakit metabolik)." (Mama Rina)


DSA Yogyakarta

RSA UGM & RS. Rajawali Citra

  • dr. Ristantio, Sp.A

"Dulu gw ke tempat prakteknya di rumah sakit yang kecil sih. Itu aja antrinya bisa puanjang... Tapi, beliau bukan tipe yang hobi basa basi, yang ditanya-tanya seperlunya aja. Yang gw suka sih beliau bukan tipe yang agresif ngasi obat. Ceplas ceplos kalo ngomong. Jadi, pas gw dulu kerja satu rumah sakit sama beliau, emak-emak manja banyak ngerengek dan insecure suka ngeluh sih😂 Tapi, gw justru seneng karena orangnya pinter. Jadi, bisa menjawab segala pertanyaan gw dengan logis." (Mama Rina)

JIH

  • dr. Nazliah Hanum, Sp.A

"Orangnya baik, bisa ngemong anak, komunikatif dan solutif." (Mama Rina)

DSA Bandung

RS Santo Borromeus

  • dr. Tony Ijong Dachlan, Sp.A

"Ruangannya plus bajunya warna warni. Beliau selalu pake baju motif kartun-kartun gitu, beda dari dokter lainnya. Dokternya keliatan banget ngehindarin obat-obatan yang dirasa gak perlu-perlu amat. Misalnya, dia cuma kasih vitamin dulu aja sama obat demam tanpa antibiotik. Sabar banget ngehadepin anak kecil. Kalo anaknya nangis, beneran ditungguin dulu alias gak buru-buru. Ngejelasinnya juga gak buru-buru." (Mama Fara)

  • dr. Sienny, Sp.A

"Beliau ini kebalikan dr. Tony. Ngasih obat banget dokternya. Tapi, obat racikannya selalu cocok sama anak-anak. Orangnya juga sabar banget dan lemah lembut." (Mama Fara)

RS Hermina Pasteur

  • Dr. Yoke Ayukarningsih, Sp.A

"Dokternya udah cukup senior, gak buru-buru, ngadepin anak juga oke banget. Sangat menghindari antibiotik. Sekalipun harus ngeresepin antibiotik, pemberiannya juga liat kondisi anak setelah diberi obat lainnya. Pemeriksaannya menyeluruh dan jelasinnya sangat detail. She set bar so high. Sampai-sampai aku belum ngerasa nemu DSA lain yang lebih oke dari dia hingga sekarang." (Mama Fara)

Cheers,

Editor: Mama Mirza & Mama Okky
Source: All Cive Mama

0 Comments